"Si Canggih DSLR yang Fenomenal"
Beberapa tahun lalu, dunia teknologi sempat ramai membahas hadirnya kamera digital canggih yang pasti hampir dimiliki oleh seluruh anak muda di Indonesia dan tentunya ahli fotografi, Canon DSLR.
Canon DSLR adalah sebuah kamera digital. Tidak dengan sengaja, kamera digital ini "diolok-olokkan". Pengaruh kemajuan teknologi membuat manusia hidup secara instan dalam berbagai hal, sebagai contoh dalam mengabadikan sebuah moment. Dulu, untuk mendapat sebuah hasil foto, manusia perlu melewati proses yang banyak, mulai dari membeli isi film, foto, dan sampai akhirnya pergi ke tempat pelayanan pencetakkan foto seperti Kodak dan Fuji Film.
Canon DSLR adalah sebuah kamera digital. Tidak dengan sengaja, kamera digital ini "diolok-olokkan". Pengaruh kemajuan teknologi membuat manusia hidup secara instan dalam berbagai hal, sebagai contoh dalam mengabadikan sebuah moment. Dulu, untuk mendapat sebuah hasil foto, manusia perlu melewati proses yang banyak, mulai dari membeli isi film, foto, dan sampai akhirnya pergi ke tempat pelayanan pencetakkan foto seperti Kodak dan Fuji Film.
Store Fujifilm
Store Kodak
Kodak dan Fuji Film merupakan sarana untuk mendapatkan sebuah hasil foto. Namun, seperti yang dilansir oleh tekno.kompas.com ini, kedua brand tersebut kurang sigap menanggapi perubahan digital, "Fuji Film dan Kodak adalah raja-raja kamera pada zaman dulu tapi mereka kurang sigap mengantisipasi perubahan digital. Dulu Canon dan Nikon bukan pemain penting tetapi mereka sigap menyiasati perubahan dunia digital". (Source: http://tekno.kompas.com/read/2012/03/02/07343749/ini.dia.penyebab.kodak.dan.fuji.film.melempem)
Ketidak-sigapan membuat si kamera digital canggih ini mampu menarik hati masyarakat. Selain mudah untuk diaplikasikan, kamera digital ini juga memiliki hasil yang bagus.
Fenomena ini nyata terlihat saat penulis masuk kuliah semester 2 jurusan Ilmu Komunikasi di Institut Manajemen Telkom yang kini berubah menjadi Telkom University. Pada semester 2 lalu, terdapat satu mata kuliah fotografi, dimana dosen mengharuskan mahasiswa/i untuk membawa satu kamera digital saat masuk kelas, tentunya untuk mendukung proses belajar dan mengajar serta memahami bagaimana menggunakan kamera digital yang benar. Saat itu, penulis melihat bahwa seluruh mahasiswa/i komunikasi yang sedang belajar fotografi hampir semuanya membeli kamera digital yang kebanyakan bermerk Canon. Tidak hanya dilingkup Telkom University, di Indonesia, hampir semua anak muda yang memiliki potensi untuk membeli Camera DSLR dan pecinta fotografi tentunya pasti membelinya.
Pengaruh fenomena Camera Canon DSLR tidak hanya sampai disitu. Setelah setiap orang memiliki Camera DSLR, mereka pasti membuktikan keeksistensian dirinya melalui foto di cermin dimana mereka mengalungkan tali kamera digital atau hanya sekedar dipegang seperti contoh dibawah ini yang penulis searching di google:
Jika gaya foto diatas dilakukan oleh seseorang, maka mereka dianggap "gaul, gaya, dan uptodate". Inilah fenomena yang terjadi di Indonesia dikarenakan masyarakatnya yang konsumtif dalam segala hal. Poistif dan negatif merupakan nilai-nilai yang diambil oleh setiap penggunanya.
Menurut penulis, fenomena ini merupakan salah satu contoh dari Teori The Long Tail,
dimana sekarang penjualan Camera Canon DSLR tidak sebesar saat dulu pertama kali muncul, perusahaan Canon tetap stabil dalam menjajakan produk kamera digital-nya. Tidak dipungkiri bahwa keperluan kamera digital akan sangat dibutuhkan oleh setiap kalangan.
Pengaruh fenomena Camera Canon DSLR tidak hanya sampai disitu. Setelah setiap orang memiliki Camera DSLR, mereka pasti membuktikan keeksistensian dirinya melalui foto di cermin dimana mereka mengalungkan tali kamera digital atau hanya sekedar dipegang seperti contoh dibawah ini yang penulis searching di google:
(Source: http://agustiannp.blogspot.co.id/2011/06/fenomena-dslr-dikalangan-ababil-dan.html dan http://mustareece.blogspot.co.id/2011/11/fenomena-foto-profil-hijabers-kamera.html)
Jika gaya foto diatas dilakukan oleh seseorang, maka mereka dianggap "gaul, gaya, dan uptodate". Inilah fenomena yang terjadi di Indonesia dikarenakan masyarakatnya yang konsumtif dalam segala hal. Poistif dan negatif merupakan nilai-nilai yang diambil oleh setiap penggunanya.
Menurut penulis, fenomena ini merupakan salah satu contoh dari Teori The Long Tail,
dimana sekarang penjualan Camera Canon DSLR tidak sebesar saat dulu pertama kali muncul, perusahaan Canon tetap stabil dalam menjajakan produk kamera digital-nya. Tidak dipungkiri bahwa keperluan kamera digital akan sangat dibutuhkan oleh setiap kalangan.
Referensi:
1. http://tekno.kompas.com/read/2013/01/30/13054446/Canon.EOS.650D..DSLR.Berbekal.Layar.Sentuh.Putar
2. http://tekno.kompas.com/read/2012/03/02/07343749/ini.dia.penyebab.kodak.dan.fuji.film.melempem
Ditulis oleh: Emanuela Athalia (1204120170), Marcomm C 2012
Menurut saya fenomena fotografi di Indonesia menjadi pembicaraan yang hangat terbukti dari makin gaul anak muda yang menggunakan kamera DLSR. anak muda khususnya mahasiswa Telkom University sangat antusias dengan adanya matakuliah fotografi, dan menjadi pusat perhatian anak tel-u. Canon telah berhasil menjadikan produknya menjadi "the long tail". Good Information and thank's sharing information Emanuela :)
BalasHapusDeassy Ratna Juwita Sari
1204124129
Marcomm 2012